ASSALAMU'ALAIKUM Wr.Wb...

Selasa, 31 Mei 2011

Kesenian Tradisional Aceh

Macam-macam kesenian tradisional Aceh

Seni Tari

Tari Ranup Lampuan
Tari Ranup Lampuan adalah salah satu tarian tradisional Aceh yang ditarikan oleh para wanita. Tarian ini biasanya ditarikan untuk penghormatan dan penyambutan tamu secara resmi. Ranup dalam bahasa Aceh yaitu Sirih, sedangkan Puan yaitu Tempat sirih khas Aceh. Ranup Lampuan bisa diartikan "Sirih dalam Puan". Sirih ini nantinya akan diberikan kepada para tamu sebagai tanda penghormatan atas kedatangannya.

Tari Liko Pulo
Tarian Likok Pulo ini lahir sekitar tahun 1949 yang diciptakan oleh seorang Ulama berasal dari Arab yang tinggal di Pulo Aceh, yaitu salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Besar. Tarian ini pada hakekatnya adalah zikir kepada Allah SWT dan selawat kepada Nabi Muhammad SAW. Gerakan tarian pada prinsipnya ialah gerakan olah tubuh, keterampilan, keseragaman atau kesetaraan dengan memfungsikan anggota tubuh bagian atas, tangan sama-sama ke depan, ke samping kiri atau kanan, dari depan ke belakang, keatas dan kebawah, dengan tempo yang lambat hingga cepat. Tarian ini membutuhkan energi yang tinggi.

Tari Tarek Pukat
Tarek Pukat ini menggambarkan aktifitas para nelayan yang menangkap ikan dilaut. Tarek yang berarti "Tarik", dan Pukat adalah alat sejenis jaring yang digunakan untuk menangkap ikan.

Tari Rapa'i Geleng
Rapa`i Geleng pertama kali dikembangkan pada tahun 1965 di Pesisir Pantai Selatan. Nama Rapa`i diadopsi dari nama Syeik Ripa`i yaitu orang pertama yang mengembangkan alat musik pukul ini. Permainan Rapa`i Geleng juga disertakan gerakan tarian yang melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Tarian ini mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair (lagu-lagu) yang dinyanyikan. Fungsi dari tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat, dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam masyarakat sosial.

Tari Saman
Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Aceh ataupun Gayo. Pada masa lalu, Tari Saman biasanya ditampilkan untuk merayakan peristiwa - peristiwa penting dalam adat dan masyarakat Aceh. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada kenyataannya nama "Saman" diperoleh dari salah satu ulama besar Aceh, Syech Saman.

Tari Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna. Tarian ini khususnya ditarikan oleh para pria.

Tari Laweut
Sebelum sebutan Laweut dipakai, tarian ini mulanya disebut "Seudati Inong", karena tarian ini khusus ditarikan oleh para wanita. Gerak tarian ini, yaitu penari dari arah kiri atas dan kanan atas dengan jalan gerakan barisan memasuki pentas dan langsung membuat komposisi berbanjar satu, menghadap penonton, memberi salam hormat dengan mengangkat kedua belah tangan sebatas dada, kemudian mulai melakukan gerakan-gerakan tarian.

Tari Pho
Perkataan pho berasal dari kata peuba-e, peubae artinya meratoh atau meratap. Pho adalah panggilan/sebutan penghormatan dari rakyat.hamba kepada Yang Maha Kuasa yaitu Po Teu Allah. Bila raja yang sudah almarhum disebut Po Teumeureuhom. Tarian ini dibawakan oleh para wanita, dahulu biasanya dilakukan pada kematian orang besar dan raja-raja, yang didasarkan atas permohonan kepada Yang Maha Kuasa, mengeluarkan isi hati yang sedih karena ditimpa kemalangan atau meratap melahirkan kesedihan-kesedihan yang diiringi ratap tangis. Sejak berkembangnya agama Islam, tarian ini tidak lagi ditonjolkan pada waktu kematian, dan telah menjadi kesenian rakyat yang sering ditampilkan pada upacara-upacara adat.

Tari Seudati
Sebelum adanya seudati, sudah ada kesenian yang seperti itu dinamakan retoih, atau saman, kemudian baru ditetapkan nama syahadati dan disingkat menjadi seudati. Pemain seudati terdiri dari 8 orang pemain dengan 2 orang syahi berperan sebagai vokalis, salah seorang diangkat sebagai syekh, yaitu pimpinan group seudati. Seudati tidak diiringi oleh instrument musik apapun. Irama dan tempo tarian, ditentukan oleh irama dan tempo lagu yang dibawakan pada beberapa adegan oleh petikan jari dan tepukan tangan ke dada serta hentakan kaki ke tanah. Tepukan dada memberikan suara seolah-olah ada sesuatu bahan logam di bagian dada atau perut yang dilengketkan sehingga bila dipukul mengeluarkan suara getar dan gema.

Alat Musik Tradisional
Serune Kalee
Serune Kalee adalah instrumen tiup tradisional Aceh yaitu sejenis Clarinet terutama terdapat di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat. Alat ini terbuat dari kayu, bagian pangkal kecil serta di bagian ujungnya besar menyerupai corong. Di bagian pangkal terdapat piringan penahan bibir peniup yang terbuat dari kuningan yang disebut perise.

Serune ini mempunyai 7 buah lobang pengatur nada. Selain itu terdapat lapis kuningan serta 10 ikatan dari tem­baga yang disebut klah (ring) serta berfungsi sebagai penga­manan dari kemungkinan retak/pecah badan serune terse­but. Alat ini biasanya digunakan bersama genderang clan rapai dalam upacara-upacara maupun dalam mengiringi tarian-tarian tradisional.

Gendang (Geundrang)
Gendang terdapat hampir di seluruh daerah Aceh. Gen­dang berfungsi sebagai alat musik tradisional, yang bersama-­sama dengan alat musik tiup seurune kalee mengiringi setiap tarian tradisional baik pada upacara adat maupun upacara iainnya.

Alat ini terbuat dari kayu nangka, kulit kambing dan rotan. Pembuatan gendang yaitu dengan melubangi kayu nangka yang berbentuk selinder sedemikian rupa sehingga badan gendang menyerupai bambam. Pada permukaan lingkarannya (kiri-kanan) dipasang kulit kambing, yang sebelumnya telah dibuat ringnya dari rotan dengan ukuran persis seperti ukuran lingkaran gen­dangnya.

Sebagai alat penguat/pengencang permukaan kulit dipakai tali yang juga terbuat dari kulit. Tali ini menghubungkan antara kulit gendang yang kanan dengan kiri. Alat pemukul (stick) gendang juga dibuat dari kayu yang dibengkakkan pada ujungnya yaitu bagian yang dipukul ke kulit.

Rapai
Rapai merupakan sejenis alat instrumen musik tradisio­nal Aceh, sama halnya dengan gendang. Rapai dibuat dari kayu yang keras (biasanya dari batang nangka) yang setelah dibulatkan lalu diberi lobang di tengahnya. Kayu yang telah diberi lobang ini disebut baloh. Baloh ini lebih besar bagian atas dari pada bagian bawah. Bagian atas ditutup dengan kulit kambing sedangkan bawahnya dibiarkan terbuka. Penjepit kulit atau pengatur tegangan kulit dibuat dari rotan yang dibalut dengan kulit. (Penjepit ini dalam bahasa Aceh disebut sidak).

Rapai digunakan sebagai alat musik pukul pada upa­cara-upacara terutama yang berhubungan dengan keagama­an, perkawinan, kelahiran dan permainan tradisional yaitu debus. Memainkan rapai dengan cara me­mukulnya dengan tangan dan biasanya dimainkan oleh kelompok (group). Pemimpin permainan rapai disebut syeh atau kalipah.

Kesenian Tradisional Bali

 Maxam - macam kesenian Bali

Tari Bali

Seni tari Bali pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok; yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung, dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung.[7]
Pakar seni tari Bali I Made Bandem[8] pada awal tahun 1980-an pernah menggolongkan tari-tarian Bali tersebut; antara lain yang tergolong ke dalam wali misalnya Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede, bebali antara lain ialah Gambuh, Topeng Pajegan, dan Wayang Wong, sedangkan balih-balihan antara lain ialah Legong, Parwa, Arja, Prembon dan Joged, serta berbagai koreografi tari modern lainnya.
Salah satu tarian yang sangat populer bagi para wisatawan ialah Tari Kecak. Sekitar tahun 1930-an, Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari ini berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak mempopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.
Penari belia sedang menarikan Tari Belibis, koreografi kontemporer karya Ni Luh Suasthi Bandem.
Tarian wali
* Sang Hyang Dedari
* Sang Hyang Jaran
* Tari Rejang
* Tari Baris
* Tari Janger
Tarian bebali
* Tari Topeng
* Gambuh
Tarian balih-balihan
* Tari Legong
* Arja
* Joged Bumbung
* Drama Gong
* Barong
* Tari Pendet
* Tari Kecak
* Calon Arang

sumber : Bali.com

Minggu, 29 Mei 2011

Kesenian Tradisional Jawa Timur

 Macam - macam kesenian Jawa Timur

Ludruk adalah kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.


Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.


Tari Remo berasal dari Jombang, Jawa Timur. Tarian ini pada awalnya merupakan tarian yng digunakan sebagai pengantar pertunjukan ludruk. Namun, pada perkembangannya tarian ini sering ditarikan secara terpisah sebagai sambutan atas tamu kenegaraan, ditarikan dalam upacara-upacara kenegaraan, maupun dalam festival kesenian daerah. Tarian ini sebenarnya menceritakan tentang perjuangan seorang pangeran dalam medan laga. Akan tetapi dalam perkembangannya tarian ini menjadi lebih sering ditarikan oleh perempuan, sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: Remo Putri atau Tari Remo gaya perempuan.

Kesenian Tradisional Jawa Tengah

          Seni tradisional merupakan keanekaragaman unsur budaya yang sudah menjadi bagian hidup masyarakat Indonesia. Berbicara tentang seni trdisional tentu merupakan karya seni budaya yang sangat dikagumi oleh bangsa Indonesia, karena mempunyai keunikan yang beragam.

Adapun seni tradisional yang ada di Jawa Tengah diantaranya :

          Gamelan
              Gamewlan jawwa mwerupakan busdaya hinsdu yang dsiubah olweh sunan Bonangguna mwendsorong kwexcintaan pasda kwehisdupan Transwedswental (Alam malkut) "Tombo Ati " asdalah salh satu sunan Bonang. Sampai saat ini twembang twersewbut masih sdi nyanyikan sdewngan nilai ajaran islam, juga pasda pewntas-pwentas sewpwerti : pwewayangan, hajat pwernikahan, sdan axcara ritualk busdaya kraton.Ketoprak

              Wayang Kulit

              Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu Jawa. Pertunjukan Kesenian wayang adalah merupakan sisa-sisa upacara keagamaan orang Jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animisme dan dynamisme.
    Menurut Kitab Centini, tentang asal-usul wayang Purwa disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang / Kediri. Sektar abad ke 10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Ceritera Ramayana sangat menarik perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia, bahkan oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu. 

              Wayang Orang Sriwwedari

              Wayang Orang berkembang sejak abad XVIII. Diilhami dari drama yang telah berkembang di Eropa, KGPAA Mangkunegoro I di Surakarta menciptakan Wayang Orang, bnamuiuntidak berkembang lama. pada saat Paku Buwono X membangun Sriwedari sebagai taman hiburan untuk umum dan diresmikan pada tahun 1899, diadakan pertunjukan Wayang Orang yang kemudian hidup sampai sekarang. Wayang Orang Sriwedari telah berjasa besar ikut serta melestarikan kebudayaan bangsa,yaitu seni wayang orang, seni tari, seni busana, seni suara serta seni karawitan.

              
    Tarian Jawa

              Tarian merupakan bagian yang menyertai perkembangan pusat baru ini. Ternyata pada masa kerajaan dulu tari mencapai tingkat estetis yang tinggi. Jika dalam lingkungan rakyat tarian bersifat spontan dan sederhana, maka dalam lingkungan istana tarian mempunyai standar, rumit, halus, dan simbolis. Jika ditinjau dari aspek gerak, maka pengaruh tari India yang terdapat pada tari-tarian istana Jawa terletak pada posisi tangan, dan di Bali ditambah dengan gerak mata.
    Tarian yang terkenal ciptaan para raja, khususnya di Jawa, adalah bentuk teater tari seperti wayang wong dan bedhaya ketawang. Dua tarian ini merupakan pusaka raja Jawa. Bedhaya Ketawang adalah tarian yang dicipta oleh raja Mataram ketiga, Sultan Agung (1613-1646) dengan berlatarbelakang mitos percintaan antara raja Mataram pertama (Panembahan Senopati) dengan Kangjeng Ratu Kidul (penguasa laut selatan/Samudra Indonesia) (Soedarsono, 1990). Tarian ini ditampilkan oleh sembilan penari wanita.


    Kesenian Aplang




    Buroq
    Turonggo Seto
    Kendang Rampak

      Senin, 23 Mei 2011

      Blog ini menjelaskan tentang seni tradisional khususnya di Jawa Barat,
      Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidamauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut.

      Adapun kesenian yang ada di Jawa Barat antara lain diantaranya :
      • Degung 
      Degung adalah  salah satu gamelan khas asli hasil kreativitas masyarakat sunda. Gamelan yang kini jumlahnya sangat pesat, diperkirakan awal perkembangannya sekitar akhir abad ke-18/awal abad ke -19.
      • Calung 
      Calung adalah alat musik sunda ayng merupakan protatipe (purwarupa) dari  angklung.Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menababuh calung adalah dengan memkul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la-da). Jenis bambu untuk membuat calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun adapula yang dibuat dari awi temen (bambu tang berwarna putih).
      • Angklung
      Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda)yang secara tradisional berkenbang dalam masyarakat berbahasa subdadi pulau jawa bagiab barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, di bunyikan dengan cara digoyangkan (adanya bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga meenghasilkan bunyi yang bergetardaalm susunan nada 2, 3, dan 4 nada dalam setiap ukuran,baik besar maupun kecil.
      • Jaipong 
       Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang alhir dari kreativitasseorang seniman asal bandung. Gugum Gumbira. Perhatian pada kesenian rakyat salah satunya adalah ketu tilumenjadikannya mengetahui dan mengenal perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada kliningan bajidoran atau ketuk tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun, dan beberapa gerak mincid dari beberapa kesenian diatas cukup memilki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan Jaiponagan.
      • Sisingaan
      • Tari Ketuk Tilu
      Tari Ketuk Tilu  adalah
      • Rampak Kendang
      Rampak Kendang adalah salah satu instrumen musik tradisional yang dimainkan bersama-sama instrumen lainnya, Sehingga dapat menciptakan musik yang harmonis.
      Perkembangan selanjutnya, kendang tidak saja dimainkan dengan bernagai instrumen lainnya, tetapi dimainkan secara tunggal dalam arti satu jenis instrumen musik, namun dimainkan dalm jumlah banyakdan menciptakan suatu irama sendri.

      17 Macam Pupuh Sunda

      Pupuh adalah bentuk puisi tradisional bahasa sunda yang memiliki jumlah suku kata da rima tertentu untuk di setiap barisnya. terdapan 17 pupu, masing-masing memiliki sifat tersendiri dan digunakan untuk tema cerita berbeda. 17 pupuh tersebut diantaranya adalah :

      1. Asmarabdana
      2. Balakbak
      3. Dangdanggula
      4. Durma
      5. Gambuh
      6. Gurisa
      7. Jurudemung
      8. Kinanti
      8. Lambang
      10. Magatru
      11.  Maskumambang
      12. Mijil
      13. Pangkur
      14. Pucung
      15. Sinom
      16. Wirangrong
      17. Ladrang